TUGAS
“
APRESIASI PROSA FIKSI“
“ PENDEKATAN
DALAM APRESIASI SASTRA “
Oleh :
NAMA : ABDUL KAHIR
KELAS : VI C
NIM : BI 09 01 131
JURUSAN : BAHASA dan SATRA INDONESIA
STKIP
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YAPIS)
DOMPU
TAHUN 2011
DAFTAR ISI
1.
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
2.
DAFTAR ISI................................................................................................................................
3. BAB
I PENDAHULUAN..........................................................................................................
4. BAB
II PEMBAHASAN................................................................ ............................................
5.
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena dengan karuniannya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi teman-teman
mahasiswa STKIP-YAPIS DOMPU tentang Kesalahan Dalam Pemerolehan Bahasa Kedua.
Makalah ini berisi beberapa pokok
tentang “Kesalahan Dalam Pemerolehan Bahasa Kedua” yang kami harapkan dapat
bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa. Dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat kekurangan, jadi diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak.
Akhir kata, kami sampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala
usaha kita.
Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Dompu, 28
Mei 2011
Penyusun,
ABDUL KAHIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan perkembangan sastra
dari tahun ke tahun, maka sekiranya bagi penikmat serta pelaku karya sastra
sekiranya dapat memahami metode, cara, serta pengetahuan dalam proses
pendekatan dalam apresisasi sastra. Dari persoalan tersebutlah maka diharapkan
penikmat maupun pelaku sastra itu sendiri mampu untuk memahami
komponen-komponen pendekatan dalam apresiasi sastra.
Dengan semakin maraknya karya
sastra yang berkembang seperti sekarang ini, dipandang perlu bagi penikmat
maupun pelaku sastra untuk dapat lebih memahami langkah-langkah pendekatan
dalam apresiasi sastra. Dengan demikian karya sastra akan dapat diapresiasi
dengan baik serta karya sastrapun akan lebih baik lagi dari sebelumnya.
- Rumusan Masalah
1. Seperti apakah bentuk pendekatan dalam
apresiasi sastra?
2. Ada berapakah pendekatan dalam apresiasi
sastra?
- Tujuan
1. Agar memahami bentuk pendekatan dalam
apresiasi sastra.
2. Mengetahui beberapa bentuk pendekatan
dalam apresiasi sastra.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDEKATAN APRESIASI SASTRA
a.
Pendekatan Apresiasi Lawas
Pendekatan dalam apresiasi
sastra dapat ditentukan oleh tujuan terhadap apa yang akan diapresiasikan dalam
teks sastra tersebut. Pendekatan apresiasi sastra terproses lewat kegiatan memahami
atau memaknai sebuah karya sastra. Proses memahami atau memaknai suatu karya
sastra dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain :
a) Pendekatan Parafrase
Pendekatan parafrase adalah proses pendekatan apresiasi karya sastra
dengan menyederhanakan kata atau kalimat dalam karya sastra sehingga dapat
lebih mudah dipahami. Pendekatan parafrase dapat juga dilakukan dengan cara
mengubah bentuk suatu karya sastra ke dalam bentuk paragraf dengan
mengungkapkan kembali gagasan paragraf dengan kata-kata atau kalimat yang
berbeda.
Dasar – dasar pendekatan
parafrase :
1. Gagasan yang sama dapat disampaikan dengan
cara yang berbeda
2. Penggunaan simbol-simbol yang konotatif
dalam karya sastra
3.
Kata-kata
dan kalimat dalam karya sastra banyak yang mengalami pelepasan.
b) Pendekatan
Emotif
Pendekatan emotif adalah pendekatan apresiasi karya sastra dengan cara
menemukan unsur- unsur yang mengajuk emosi dan perasaan pembaca.
Dasar- dasar pendekatan emotif
:
1. Karya sastra hadir untuk dinikmati,
memberi hiburan dan kesenangan
2. Menemukan wujud keindahan dalam karya
sastra
Pendekatan emotif dapat
diterapkan untuk mengapresiasi lawas yakni dengan menemukan kata-kata atau
kalimat – kalimat yang dapat membangkitkan emosi dan perasaan pembaca. Pada
lawas, kata- kata atau kalimat-kalimat yang mengajuk emosi umumnya berada pada
baris kedua dan ketiga dari struktur lawas tersebut.
c)
Pendekatan
analisis
Pendekatan analisis adalah pendekatan apresiasi karya sastra demgam cara
membedah dan memahami unsur-unsur atau elemen-elemen yang membangun karya
sastra itu sendiri. Unsur yang
membangun karya sastra terbagi atas dua yakni unsur intrinsik dan unsur
ekstrensik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra dari dalam
karya itu sendiri seperti tema, alur, amanat, bahasa, setting dan sebagainya.
Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar karya karya
sastra tersebut seperti latar belakang pengarang, politik, budaya, agama, dan
debagainya.
Dasar
- dasar pendekatan analisis
1. Karya sastra terbentuk dari unsur-unsur
2.
Setiap elemen mempunyai fungsinya sendiri dalam suatu
karya sastra
3. Elemen-elemen dalam suatu karya sastra
harus disikapi sebagai satu kesatuan.
d)
Pendekatan
sosiopsikologis
Pendekatan sosiopsikologis merupakan pendekatan :
1.
Berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial
budaya pada saat karya sastra diciptakan
2. Berusaha memahami latar belakang kehidupan
masyarakat pada saat karya sastra diciptakan
3. Berusaha memahami sikap pengarang terhadap
lingkungannya ataupun zaman saat karya sastra diciptakan.
Dasar pendekatan sosiopsikologis adalah karya sastra tidak dapat dipahami
secara lengkap apabila terpisah dari lingkungan atau kebudayaannya.
e) Pendekatan didaktis
Pendekatan didaktis adalah pendekatan apresiasi karya sastra dengan cara
memahami gagasan, tanggapan evaluatif dan sikap pengarang terhadap kehidupan.
B. TEORI APRESIASI SASTRA
SAMAWA
Teori apresiasi merupakan
teknik atau cara meneliti, menelaah, memahami dan memaknai suatu karya sastra.
Pemahaman terhadap suatu karya sastra dapat dilakukan dengan beberapa teori
yakni teori semiotik, teori struktural dan teori resepsi.
- Teori Apresiasi Lawas
a) Teori semiotik
Kata semiotik berasal dari
kata semeion yang berarti tanda. Teori semiotic adalah teori apresiasi karya
sastra yang meneliti, memahami dan mempelajari berbagai objek, peristiwa atau
seluruh kebudayaan sebagai tanda dan mengartikan tanda tersebut.
b) Teori struktural
Teori struktural adalah teori
apresiasi karya sastra berdasarkan struktur dan unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri. Unsur yang membangun karya sastra terbagi atas dua yakni
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang
membangun karya sastra dari dalam karya itu sendiri. Unsur ekstrinsik adalah unsur
yang membangun karya sastra dari luar karya sastra.
Dasar-
dasar pemikiran teori struktural adalah
1. Karya sastra dipahami dalam dirinya
sendiri
2. Pemahaman karya sastra berdasarkan
penafsiran struktur suatu karya
3. Aturan-aturan dalam karya sastra bersifat
universal dan objektif
4. Menekankan pada keseluruhan relasi antara
berbagai unsur teks
5. Unsur-unsur karya sastra memperoleh
artinya hanya di dalam relasi, unsur-unsur secara berdiri sendiri tidaklah
penting.
c) Teori resepsi
Teori resepsi adalah teori
apresiasi karya sastra yang menekankan kepada peran pembaca dalam
menginterpretasikan suatu karya sastra.
Dasar- dasar pemikiran teori repetisi adalah
1.
Pembaca adalah subjek yang memberikan makna dan nilai
suatu cipta sastra berdasarkan interpretasinya.
2. Tanpa peran pembaca, karya sastra hanya
sebuah artefak.
3.
Kata berbeda dalam interpretasi karya sastra disebabkan
pembaca membaca karya sastra berbeda.
4.
Pembacalah yang menerapkan kode yang ditulis penyair.
5.
Karya sastra ibarat orkestra yang selalu memberikan
kesempatan kepada pembaca untuk menghadirkan resonansi yang baru yang
membebaskan teks dari belenggu bahasa dan menciptakan konteks yang dapat
diterima pembaca masa kini.
C.
Pendektan Studi Sastra
Dalam studi sastra ada sejumlah pendekatan yang
dapat diterapkan oleh penelaah sastra. Bila kita bertolak dari empat cara
pandang terhadap karya sastra seperti ditawarkan oleh Abrams, yakni karya
sastra dilihat dari: (1) karya sastra itu sendiri, (2) pengarangnya, (3)
semesta, dan (4) pembacanya, maka empat cara pandang itu menghasilkan empat
pendekatan, yakni (1) pendekatan obyektif, (2) pendekatan ekspresif, (3)
pendekatan mimesis, dan (4) pendekatan pragmatis.
a. Pendekatan
obyektif
Pendekatan obyektif adalah pendekatan yang
mendasarkan pada suatu karya sastra. Dengan pendekatan obyektif ini penelaah
melihat karya sastra sebagai produk manusia atau artifak. Karya sastra, dalam hal
ini, merupakan suatu karya yang otonom, yang dipisahkan dari hal-hal di luar
karya itu sendiri. Dengan demikian telaah karya sastra dengan pendekatan
obyektif beranjak dari aspek-aspek atau unsur-unsur yang langsung membangun
karya sastra. Signifikansi dan nilai karya sastra dilihat dari unsur-unsur dan
keterhubungan antara unsur-unsur karya sastra. Ilutrasi di atas diderivasikan
dari gagasan Abrams dalam bukunya The
Mirror and The Lamp, yaitu :
(the
objective approach) will explain the work by considering it in isolation, as an
autonomous whole, whose siginificance and value are ditermined without any
reference beyond itself (Abrams,
1953:7).
b. Pendekatan
ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang
mendasarkan pada pencipta atau pengarang karya sastra. Telaah dengan pendekatan
ekspresif ini menitik beratkan, misalnya, pada:
“the novelist, his imagina¬tion,
insight, and spontaneity” Lebih lanjut, Abrams menjelaskan: “This is based on
the ex¬pressive theory which considers a work of art as essentially the
internal made external, resulting from a creative process operating under the
impulse of feeling, and embodying the combined product of the novelist’s
perceptions, thoughts, and feelings. The primary source and subject matter of a
novel therefore are the attributes and actions of the novelist’s mind (Abrams, 1956:22).
c. Pendekatan
Mimetic
Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang
mendasarkan pada hubungan karya sastra dengan universe (semesta) atau
lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra itu.
Perhatian penelaah adalah pada “the rela¬tionship between the work of art and
the universe that it pretends to produce (hubungan antara karya seni dan
realitas yang melatarbelakangi kemunculannya).” Dalam hubungan ini Lewis
menjelaskan :
“This approach views art as an
imita¬tion of aspects of the universe, of external and immutable ideas, of
eternal and unchanging patterns of sound, sight, movement, or form ( pendekatan ini memandang seni sebagai tiruan
dari aspek-aspek realitas, dari gagasan-gagasan eksternal dan abadi, dari
pola-pola bunyi, pandangan, gerakan, atau bentuk yang muncul secara terus
menerus dan tidak pernah berubah)” (Lewis, 1976:46).
d. Pendekatan
interdisipliner
Pendekatan interdisipliner dalam studi sastra
mengacu kepada pendekatan yang melibatkan sejumlah disiplin sosial/ humaniora
lainnya. Pendekatan ini telah banyak dilakukan dalam studi sastra pada Program
American Studies. Pendekatan interdisipliner seperti yang disarankan oleh
McDowel sebagai berikut:
an approach pertinent to American
Studies is the interdisciplinary approach as suggested by McDowel, stating that
the course in American Studies is interdisciplinary in approach and employs the
resources of history, philosophy, the social sciences, and literature, art and
architecture, music, the dance, and the motion picture (1948:71-72).
Dalam studi sastra dengan pendekatan interdisipliner, kita mungkin
memanfaatkan kajian sejarah, sosiologi, pendidikan, politik, ekonomi, dan
budaya dalam yang seluas-luasnya. Pendekatan mikro-makro merupakan salah
pendekatan yang dimanfaatkan dalam studi sastra pada Program American Studies.
Dalam kaitan ini, McDowel mengatakan bahwa: “Another approach used in this
study is micro to macro approach by which a study begins with the microcosm, ,
a small world to explain the macrocosm, a larger world (McDowel, 1948:92).
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar