Blogroll

This is default featured slide 1 title

Easy to customize it, from your blogger dashboard, not needed to know the codes etc. Video tutorial is available, also a support forum which will help to install template correctly. By DeluxeTemplates.net

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 21 Desember 2012

APRESIASI PROSA FIKSI


TUGAS
“ APRESIASI PROSA FIKSI“
“ PENDEKATAN DALAM APRESIASI SASTRA “






 



Oleh :










NAMA : ABDUL KAHIR
KELAS : VI C
NIM : BI 09 01 131
JURUSAN : BAHASA dan SATRA INDONESIA


STKIP
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YAPIS) DOMPU
TAHUN 2011

DAFTAR ISI

1.    KATA PENGANTAR.................................................................................................................
2.    DAFTAR ISI................................................................................................................................            
3.    BAB  I PENDAHULUAN..........................................................................................................
4.    BAB  II PEMBAHASAN................................................................ ............................................
5.    DAFTARPUSTAKA...................................................................................................................     
    



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan karuniannya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi teman-teman mahasiswa STKIP-YAPIS DOMPU tentang Kesalahan Dalam Pemerolehan Bahasa Kedua.
Makalah ini berisi beberapa pokok tentang “Kesalahan Dalam Pemerolehan Bahasa Kedua” yang kami harapkan dapat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa. Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan, jadi diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.
Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatu.
Dompu, 28 Mei 2011
Penyusun,

ABDUL KAHIR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dengan perkembangan sastra dari tahun ke tahun, maka sekiranya bagi penikmat serta pelaku karya sastra sekiranya dapat memahami metode, cara, serta pengetahuan dalam proses pendekatan dalam apresisasi sastra. Dari persoalan tersebutlah maka diharapkan penikmat maupun pelaku sastra itu sendiri mampu untuk memahami komponen-komponen pendekatan dalam apresiasi sastra.
Dengan semakin maraknya karya sastra yang berkembang seperti sekarang ini, dipandang perlu bagi penikmat maupun pelaku sastra untuk dapat lebih memahami langkah-langkah pendekatan dalam apresiasi sastra. Dengan demikian karya sastra akan dapat diapresiasi dengan baik serta karya sastrapun akan lebih baik lagi dari sebelumnya.
  1. Rumusan Masalah
1.      Seperti apakah bentuk pendekatan dalam apresiasi sastra?
2.      Ada berapakah pendekatan dalam apresiasi sastra?
  1. Tujuan
1.      Agar memahami bentuk pendekatan dalam apresiasi sastra.
2.      Mengetahui beberapa bentuk pendekatan dalam apresiasi sastra.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENDEKATAN  APRESIASI  SASTRA
a.      Pendekatan Apresiasi Lawas
Pendekatan dalam apresiasi sastra dapat ditentukan oleh tujuan terhadap apa yang akan diapresiasikan dalam teks sastra tersebut. Pendekatan apresiasi sastra terproses lewat kegiatan memahami atau memaknai sebuah karya sastra. Proses memahami atau memaknai suatu karya sastra dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain :
a)      Pendekatan Parafrase
Pendekatan parafrase adalah proses pendekatan apresiasi karya sastra dengan menyederhanakan kata atau kalimat dalam karya sastra sehingga dapat lebih mudah dipahami. Pendekatan parafrase dapat juga dilakukan dengan cara mengubah bentuk suatu karya sastra ke dalam bentuk paragraf dengan mengungkapkan kembali gagasan paragraf dengan kata-kata atau kalimat yang berbeda.
                  Dasar – dasar pendekatan parafrase  :
1.      Gagasan yang sama dapat disampaikan dengan cara yang berbeda
2.      Penggunaan simbol-simbol yang konotatif dalam karya sastra
3.      Kata-kata dan kalimat dalam karya sastra banyak yang mengalami pelepasan.
b)     Pendekatan  Emotif
Pendekatan emotif adalah pendekatan apresiasi karya sastra dengan cara menemukan unsur- unsur yang mengajuk emosi dan perasaan pembaca.
                  Dasar- dasar pendekatan emotif :
1.      Karya sastra hadir untuk dinikmati, memberi hiburan dan kesenangan
2.      Menemukan wujud keindahan dalam karya sastra
Pendekatan emotif dapat diterapkan untuk mengapresiasi lawas yakni dengan menemukan kata-kata atau kalimat – kalimat yang dapat membangkitkan emosi dan perasaan pembaca. Pada lawas, kata- kata atau kalimat-kalimat yang mengajuk emosi umumnya berada pada baris kedua dan ketiga dari struktur lawas tersebut.
c)      Pendekatan analisis
Pendekatan analisis adalah pendekatan apresiasi karya sastra demgam cara membedah dan memahami unsur-unsur atau elemen-elemen yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur yang membangun karya sastra terbagi atas dua yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrensik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra dari dalam karya itu sendiri seperti tema, alur, amanat, bahasa, setting dan sebagainya. Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar karya karya sastra tersebut seperti latar belakang pengarang, politik, budaya, agama, dan debagainya.
                  Dasar - dasar pendekatan analisis
1.      Karya sastra terbentuk dari unsur-unsur
2.      Setiap elemen mempunyai fungsinya sendiri dalam suatu karya sastra
3.      Elemen-elemen dalam suatu karya sastra harus disikapi sebagai satu kesatuan.
d)     Pendekatan sosiopsikologis       
Pendekatan sosiopsikologis merupakan pendekatan :
1.      Berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial budaya pada saat karya sastra diciptakan
2.      Berusaha memahami latar belakang kehidupan masyarakat pada saat karya sastra diciptakan
3.      Berusaha memahami sikap pengarang terhadap lingkungannya ataupun zaman saat karya sastra diciptakan.
Dasar pendekatan sosiopsikologis adalah karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap apabila terpisah dari lingkungan atau kebudayaannya.
e)      Pendekatan didaktis
Pendekatan didaktis adalah pendekatan apresiasi karya sastra dengan cara memahami gagasan, tanggapan evaluatif dan sikap pengarang terhadap kehidupan.

B.     TEORI  APRESIASI  SASTRA  SAMAWA
Teori apresiasi merupakan teknik atau cara meneliti, menelaah, memahami dan memaknai suatu karya sastra. Pemahaman terhadap suatu karya sastra dapat dilakukan dengan beberapa teori yakni teori semiotik, teori struktural dan teori resepsi.
  1. Teori Apresiasi Lawas
a)      Teori semiotik
Kata semiotik berasal dari kata semeion yang berarti tanda. Teori semiotic adalah teori apresiasi karya sastra yang meneliti, memahami dan mempelajari berbagai objek, peristiwa atau seluruh kebudayaan sebagai tanda dan mengartikan tanda tersebut.
b)     Teori struktural
Teori struktural adalah teori apresiasi karya sastra berdasarkan struktur dan unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur yang membangun karya sastra terbagi atas dua yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari dalam karya itu sendiri. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar karya sastra.
Dasar- dasar pemikiran teori struktural adalah
1.      Karya sastra dipahami dalam dirinya sendiri
2.      Pemahaman karya sastra berdasarkan penafsiran struktur suatu karya
3.      Aturan-aturan dalam karya sastra bersifat universal dan objektif
4.      Menekankan pada keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks
5.      Unsur-unsur karya sastra memperoleh artinya hanya di dalam relasi, unsur-unsur secara berdiri sendiri tidaklah penting.
c)      Teori resepsi
Teori resepsi adalah teori apresiasi karya sastra yang menekankan kepada peran pembaca dalam menginterpretasikan suatu karya sastra.
Dasar- dasar pemikiran teori repetisi adalah
1.      Pembaca adalah subjek yang memberikan makna dan nilai suatu cipta sastra berdasarkan interpretasinya.
2.      Tanpa peran pembaca, karya sastra hanya sebuah artefak.
3.      Kata berbeda dalam interpretasi karya sastra disebabkan pembaca membaca karya sastra berbeda.
4.      Pembacalah yang menerapkan kode yang ditulis penyair.
5.      Karya sastra ibarat orkestra yang selalu memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menghadirkan resonansi yang baru yang membebaskan teks dari belenggu bahasa dan menciptakan konteks yang dapat diterima pembaca masa kini.
C.    Pendektan Studi Sastra
Dalam studi sastra ada sejumlah pendekatan yang dapat diterapkan oleh penelaah sastra. Bila kita bertolak dari empat cara pandang terhadap karya sastra seperti ditawarkan oleh Abrams, yakni karya sastra dilihat dari: (1) karya sastra itu sendiri, (2) pengarangnya, (3) semesta, dan (4) pembacanya, maka empat cara pandang itu menghasilkan empat pendekatan, yakni (1) pendekatan obyektif, (2) pendekatan ekspresif, (3) pendekatan mimesis, dan (4) pendekatan pragmatis.
a.      Pendekatan obyektif
Pendekatan obyektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra. Dengan pendekatan obyektif ini penelaah melihat karya sastra sebagai produk manusia atau artifak. Karya sastra, dalam hal ini, merupakan suatu karya yang otonom, yang dipisahkan dari hal-hal di luar karya itu sendiri. Dengan demikian telaah karya sastra dengan pendekatan obyektif beranjak dari aspek-aspek atau unsur-unsur yang langsung membangun karya sastra. Signifikansi dan nilai karya sastra dilihat dari unsur-unsur dan keterhubungan antara unsur-unsur karya sastra. Ilutrasi di atas diderivasikan dari gagasan Abrams dalam bukunya The Mirror and The Lamp, yaitu :
(the objective approach) will explain the work by considering it in isolation, as an autonomous whole, whose siginificance and value are ditermined without any reference beyond itself (Abrams, 1953:7).
b.      Pendekatan ekspresif
Pendekatan ekspresif adalah pendekatan yang mendasarkan pada pencipta atau pengarang karya sastra. Telaah dengan pendekatan ekspresif ini menitik beratkan, misalnya, pada:
“the novelist, his imagina¬tion, insight, and spontaneity” Lebih lanjut, Abrams menjelaskan: “This is based on the ex¬pressive theory which considers a work of art as essentially the internal made external, resulting from a creative process operating under the impulse of feeling, and embodying the combined product of the novelist’s perceptions, thoughts, and feelings. The primary source and subject matter of a novel therefore are the attributes and actions of the novelist’s mind (Abrams, 1956:22).
c.       Pendekatan Mimetic
Pendekatan mimetik adalah pendekatan yang mendasarkan pada hubungan karya sastra dengan universe (semesta) atau lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi lahirnya karya sastra itu. Perhatian penelaah adalah pada “the rela¬tionship between the work of art and the universe that it pretends to produce (hubungan antara karya seni dan realitas yang melatarbelakangi kemunculannya).” Dalam hubungan ini Lewis menjelaskan :
“This approach views art as an imita¬tion of aspects of the universe, of external and immutable ideas, of eternal and unchanging patterns of sound, sight, movement, or form ( pendekatan ini memandang seni sebagai tiruan dari aspek-aspek realitas, dari gagasan-gagasan eksternal dan abadi, dari pola-pola bunyi, pandangan, gerakan, atau bentuk yang muncul secara terus menerus dan tidak pernah berubah)” (Lewis, 1976:46).
d.      Pendekatan interdisipliner
Pendekatan interdisipliner dalam studi sastra mengacu kepada pendekatan yang melibatkan sejumlah disiplin sosial/ humaniora lainnya. Pendekatan ini telah banyak dilakukan dalam studi sastra pada Program American Studies. Pendekatan interdisipliner seperti yang disarankan oleh McDowel sebagai berikut:
an approach pertinent to American Studies is the interdisciplinary approach as suggested by McDowel, stating that the course in American Studies is interdisciplinary in approach and employs the resources of history, philosophy, the social sciences, and literature, art and architecture, music, the dance, and the motion picture (1948:71-72).
Dalam studi sastra dengan pendekatan interdisipliner, kita mungkin memanfaatkan kajian sejarah, sosiologi, pendidikan, politik, ekonomi, dan budaya dalam yang seluas-luasnya. Pendekatan mikro-makro merupakan salah pendekatan yang dimanfaatkan dalam studi sastra pada Program American Studies. Dalam kaitan ini, McDowel mengatakan bahwa: “Another approach used in this study is micro to macro approach by which a study begins with the microcosm, , a small world to explain the macrocosm, a larger world (McDowel, 1948:92).

DAFTAR PUSTAKA





MAKALAH KPD PRAMUKA


MAKALAH
“UPAYA MENINGKATKAN KEMAJUAN GUGUS DEPAN”
















Oleh :
Abdul Kahir




KWARTIR CABANG  DOMPU
2012

KATA PENGANTAR

Assalamualaium Waramatullahi Wabarakatuh.

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat serta hidayahnya sehingga pembuatan tugas makalah ini dapat diselesaikan walaupun masih terdapat kekurangan dan hambatan dalam pembuatan makalah ini.

Salawat serta salam tidak lupa saya khaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah banyak mengajarkan kepada seluruh umatnya, bahwa sesungguhnya ilmu dan pengetahuan adalah sarana bagi kita semua dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Pada penggarapan makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman, pendalaman ilmu, penambahan wawasan baru untuk kita semua dalam kehidupan kita selanjutnya. Sehingga dapat bermanfaat bagi khalifah umat dimuka bumi ini.

Akhir kata semoga makalah ini memberikan manfaat dan berguna bagi kita semua dan sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam kehidupan.

Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Dompu, 30 November 2012

Penyusun,

 

Abdul Kahir




DAFTAR ISI
A.    KATA PENGANTAR........................................................................................
B.     DAFTAR ISI.......................................................................................................
C.     BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
a.       Latar Belakang...............................................................................................
b.      Rumusan Masalah..........................................................................................
c.       Tujuan............................................................................................................
d.      Manfaat..........................................................................................................
D.    BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
a.      Hambatan Kemajuan Gugusdepan dan Solusinya.........................................
1.      Pramuka Kurang Fleksibel dengan Perkembangan Zaman......................
2.      Adanya Intervensi Politik Dalam Lingkup Gugusdepan.........................
3.      Kurangnya Inovasi, dan Daya Dukung Fasilitas Kegiatan......................
4.      Kurang Adanya Peran Serta Gerakan Pramuka dengan Masyarakat.......
E.     BAB III PENUTUP............................................................................................
a.       Kesimpulan....................................................................................................
b.      Saran .............................................................................................................




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Permasalahan utama yang dihadapi oleh pendidikan kepramukaan saat ini adalah kekhawatiran semakin melunturnya jati diri Gerakan Pramuka. Semakin melunturnya jati diri Gerakan Pramuka disebabkan oleh tererosinya pelaksanaan prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan. Hal ini berakibat bahwa proses pendidikan kepramukaan semakin kehilangan warna aslinya, sehingga kualitas proses dan hasil pendidikannya kurang memuaskan. Akibatnya terjadi intervensi pengelola lembaga pendidikan formal (sekolah) yang kurang memahami karakter proses pendidikan kepramukaan ke dalam Gerakan Pramuka. Bagi pengelola jajaran Gerakan Pramuka (Kwartir) campur tangan pengelola lembaga pendidikan formal tersebut memang tidak selamanya negatif, namun yang paling merasakan adalah para peserta didiknya. Seringkali peran Pembina Pramuka dirangkap oleh guru pada sekolah yang bersangkutan, hal ini sebenarnya agak merepotkan peserta didik dalam berinteraksi dengan Pembinanya (yang juga gurunya) yang di dalam proses pendidikan kepramukaan berhubungan sebagai kakak dan adik.
Keadaan yang paling mengkhawatirkan adalah kesalahan penerapan metodik pendidikan kepramukaan oleh para Pembina. Tidak jarang dijumpai bahwa para Pembina menerapkan metode latihan dan pembelajaran yang berlaku di dalam pendidikan formal pada proses pendidikan kepramukaan. Misalnya dengan penggunaan metode klasikal/massal dan terlampau dominasinya penggunaan metode ceramah dalam latihan kepramukaan. Keadaan tersebut menyebabkan bosannya peserta didik terhadap latihan kepramukaan. Padahal pendidikan kepramukaan adalah permainan gembira di alam terbuka. Namun hal tersebut jangan diartikan sempit dengan cukup menerapkan sebuah latihan di lapangan terbuka serta mengajak adik-adik tepuk-tepuk dan bernyanyi.
Maka apabila kita hendak meningkatkan jati diri Gerakan Pramuka maka hendaklah berpandangan usaha pendidikan kepramukaan tidak hanya bersandar pada isi/materi yang diberikan namun yang paling penting adalah metodenya (prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan). Karena perbedaan pendidikan kepramukaan dengan bentuk pendidikan lainnya terletak pada metode dan pendekatan yang digunakan dalam mengisi jiwa anak. Sebagai sebuah metode dan pendekatan pendidikan, prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan memberikan arahan, rambu-rambu bagi para Pembina dalam mendidik peserta didiknya dan memberikan inspirasi bagi bentuk seluruh program kegiatan kepramukaan.
Masalah lain yang dihadapi Gerakan Pramuka saat ini adalah rendahnya kualitas dan kuantitas Pembina Pramuka. Sudah amat jarang  terjadi munculnya Pembina baru dari para peserta didik yang memiliki pengalaman ketika menjadi Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega. Banyak Pembina yang muncul karena jabatannya sebagai guru, misalnya guru olah raga, guru bimbingan, yang notabene kurang memiliki pengalaman yang cukup sebagai anggota Gerakan Pramuka sebelumnya. Kurangnya pengalaman mereka sebagai peserta didik sudah barang tentu berakibat pada lemahnya pemahaman mereka terhadap konsep dasar pendidikan kepramukaan.
Di Kwartir Cabang Dompu saat mengalami kekurangan jumlah Pembina, hal tersebut dapat diketahui dari jumlah pembina berbanding peserta didik 1 : 40 orang. Angka tersebut masih jauh dari ketentuan  ideal antara jumlah pembina dengan siswa didik sebesar 1 Pembina untuk 10 orang peserta didik. Keadaan tersebut masih ditambah dengan adanya kenyataan seorang Pembina merangkap membina pada beberapa sekolah atau Gugusdepan. Hal tersebut sudah barang tentu akan menghambat usaha peningkatan kualitas proses pendidikan kepramukaan di Gugusdepan, karena kurangnya intensitas pembinaan yang dilakukan Pembina pada peserta didiknya.
B.     Rumusan Masalah
Dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang mengakibatkan terhambatnya kemajuan pada Gugusdepan seperti :
a.       Hal apa saja yang menyebabkan terhambatnya kemajuan Gugusdepan ?
b.      Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan kemajuan Gugusdepan ?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari permasalahan yang muncul di atas diharapkan memperoleh cara pemecahan dari masalah tersebut seperti :
a.       Agar dapat mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan terhambatnya kemajuan Gugusdepan.
b.      Untuk memahami cara meningkatkan kemajuan Gugusdepan.
D.    Manfaat
Dari hasil identifikasi masalah yang dilakukan diharapkan dapat memberikan dampak-dampak positif seperti :
a.       Kwartir Daerah dan Kwartir Cabang, dapat meningkatkan kemajuan bagi Gerakan Pramuka atas hambatan-hambatan yang terjadi dengan menciptakan konsep dan strategi pengembangan Gerkan Pramuka kedepannya.
b.      Gugusdepan dapat meningkatkan kemajuannya baik secara konseptual maupun kontekstual.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hambatan Kemajuan Gugusdepan dan Solusinya.
Hambatan-hambatan pada kemajuan Gerakan Pramuka pada Gugusdepan dapat dirasakan dan diamati langsung secara kasat mata dari berbagai sisi pada pola pengembangan baik secara konseptual maupun kontekstual. Hal-hal tersebut dapat diidentifikasikan dari berbagai hal seperti:
a.      Pramuka Kurang Fleksibel dengan Perkembangan Zaman.
Gerakan Pramuka saat ini kurang diminati oleh kaum muda bukanlah rahasia lagi, tak banyak siswa-siswi memilih Pramuka sebagai ekstrakurikulernya. Bagi mereka, Pramuka adalah organisasi kuno. Kalau pun siswa-siswi ini memakai seragam Pramuka, itu lebih kepada kewajiban dan tata tertib yang telah ditentukan oleh pihak lembaga pendidikan. Selain itu juga bentuk kegiatan yang dikemas masih berpegangteguh pada konsep lama dan perlu disadari bahwa konsep-konsep tersebut sudah tidak bersahaja untuk saat sekarang, bila dibandingkan dengan perkembangan zaman saat ini.
Fakta-fakta yang membuktikan bahwa pramuka di Kwartir Daerah NTB masih terbilang kuno terbukti pada bentuk-bentuk kegiatan lama yang sajikan sekarang ini, jika dibandingkan kegiatan-kegiatan edukasi yang berkembang saat ini mengalami perubahan dan berinovasi guna mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya hal tersebut bukan berarti konsep lama ditinggalkan, namun melainkan ada semacam upaya kolaborasi antara konsep lama dengan konsep baru sehingga memunculkan anggapan kuno dan tingkat kejenuhan pada peserta didik. Tentunya untuk kemajuan tersebut hendaknya mengamati perkembangan-perkembangan pada masa sekarang.
Selain permasalahan diatas dapat pula diidentifikasi dari saran prasarana penunjang kegiatan Kepramukaan masih terkesan primitif dengan tidak memahami konsep pendidikan kepramukaan yang menarik dan menyenangkan. Tentunya untuk memunculkan hal-hal tersebut bermuara pada konsep kegiatan yang menarik, fasilitas, sarana dan prasarana penunjang kegiatan kepramukaan.
b.      Adanya Intervensi Politik Dalam Lingkup Gugusdepan.
Dengan adanya intervensi politik dalam lingkup Gerakan Pramuka akan sangat mengganggu perkembangan dari organisasi ini. Pada dasarnya Gerakan Pramuka merupakan organisasi bersifat edukasi yang bertujuan untuk membina fisik, mental, kognitif, afektif, dan psikomotorik dari pada siswa didik. Selain itu juga organisasi Pramuka memiliki jenjang yang jelas dalam pengembangan siswa didiknya. Adapun untuk menjalankan hal tersebut dibutuhkan pembina yang telah mengikuti pelatihan pembina Pramuka. Namun ironisnya yang terjadi pada wilayah NTB pada umumnya dan Kabupaten Dompu khususnya, bahwa pemberian kewenangan Mabigus terhadap guru yang akan menjadi Pembina tidak relevan dengan kemampuan yang dimiliki oleh Pembina tersebut. Itu dibuktikan pada Guru yang memiliki sertifikat sebagai Pembina terabaikan dan justru yang tidak memahami tentang hal tersebut yang diberikan kewenangan untuk menjalankannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Langeveld (dalam Tirtarahardja, 2005: 36) bahwa “kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat memngakibatkan kesalahan dalam melaksanakan pendidikan”.
Berkaitan hal di atas, bahwa adanya otonomi daerah membawa dampak negatif bagi perkembangan Pramuka di Gugusdepan pembuktikannya bahwa jabatan individu disetiap lembaga merupakan jabatan politik yang tentunya akan berimbas pada kesalahan pemberian kewenangan terhadap individu yang tidak faham terhadap fungsi dan tugasnya dengan mengedepankan unsur kedekatan emosional individu dan mengabaikan kapasitas kemampuan dan pemahaman individu lainnya atas tugas yang harus dikerjakan, sehingga keterlambatan kemajuan yang terjadi pada Gerakan Pramuka khususnya pada Gugusdepan masih terjadi sampai dengan sekarang ini. Tidaklah mengherankan bahwa sangat besar pengaruh keterlambatan kemajuan Gerakan Pramuka yang terjadi karena adanya intervensi politik pada lembaga pendidikan. Dengan adanya hal tersebut sekiranya menjadi dasar pemikiran baik bagi penulis maupun seluruh jajaran Kepramukaan dari tingkat Nasional, Daerah, dan Cabang.
c.       Kurangnya Inovasi, dan Daya Dukung Fasilitas Kegiatan
Berbicara tentang Revitalisasi Gerakan Pramuka yang telah dicanangkan secara konseptual itu sudah sangat tepat. Namun yang menjadi permasalahan yang terjadi di NTB pada umumnya dan di Kabupaten Dompu pada khususnya, bahwa berbicara revitalisasi merupakan isapan jempol belaka. Hal tersebut ditandai dari tidak adanya penerapan dari yang telah dikonsepkan. Contoh sederhana dalam konsep tersebut adalah salahsatunya tentang teknologi, namun ironisnya apa yang dapat dilakukan oleh setiap Kwartir Cabang untuk mengembangkan hal tersebut, sementara tenaga pembina untuk hal tersebut belum ada dan fasilitas pendukung untuk memperkenalkan hal tersebutpun belum dimiliki. Lalu dengan adanya hal tersebut apa yang hendaknya dapat dilakukan oleh setiap Kwartir dengan pentingnya teknologi bagi siswa didik seperti yang dikemukakan oleh ahli dibawah ini :
Menurut Hamzah (2009:128), bahwa dengan teknologi yang berkembang pesat dewasa ini, pemanfaatan komputer dalam proses pembelajaran tidak hanya dapat digunakan secara stang alone, tetapi dapat pula dimanfaatkan dalam suatu jaringan. Jaringan komputer (computer network) telah memungkinkan proses belajar menjadi lebih luas, lebih interaktif, dan lebih fleksibel. Peserta didik dapat melakukan proses belajar tanpa dibatasi ruang dan waktu. Artinya, jika ada fasilitas jaringan, peserta didik dapat melakukan proses belajar dimana saja dan kapan saja.
Lain halnya seperti yang dikemukakan oleh Iskandar Alisahbana (dalam Hamzah, (2009: 100), bahwa “teknologi ialah cara melakukasesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau mebuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra, dan otak manusia”.
Tentunya untuk dapat berinovasi dalam bentuk kegiatan yang menarik untuk siswa didik akan terhambat karena tidak adanya fasilitas pendukung tersebut. Sehingga untuk berinovasi selain sumberdaya yang dimiliki oleh pembina, fasilitas pendukung juga sungguh sangat diperlukan terlebih yang berkaitan langsung dengan ilmu dan teknologi (IT). Sehingga itu semua merupakan pembuktian bahwa fasilitas pendukung kegiatan merupakan salahsatu komponen pendukung pada pelaksanaan konsep Revitalisasi Gerakan Pramuka. Teknologi akan dapat dipelajari dan dimanfaatkan ketika medianya terpenuhi.
Betapapun pentingnya sebuah telah ditegaskan oleh Briggs (dalam Hamzah, 2009: 114) bahwa, “media adalah segala bentuk fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar”.
Artinya untuk mengikuti perkembangan zaman Gerakan Pramuka masih sangat terbelakang, itu ditandai dari hal tersebut di atas. Pembinaan terhadap pembina dan pelatih tidak hanya diarahkan pada bagaimana cara Gerakan Pramuka dijalankan saja, namun diarahkan pada hal apa saja yang tertuang dalam konsep Revitalisasi Gerakan Pramuka. Maka hambatan-hambatan yang muncul dalam Gerakan Pramuka segera dapat terselesaikan.
d.      Kurang Adanya Peran Serta Gerakan Pramuka dengan Masyarakat
Selain kurangnya minat siswa didik terhadap kepramukaan, adapun hal lain adalah kurangnya dukungan dari masyarakat dalam hal ini adalah orang tua untuk mendorong anaknya untuk dapat mengikuti organisasi pramuka. Berbeda halnya pada masa Orde Lama walaupun konsep yang digunakan pada saat itu adalah konsep lama, namun apresiasi masyarakat terhadap terhadap pramuka sangatlah tinggi jika dibandingkan dengan pola penerapan sekarang ini.
Artinya dukungan dan dorongan dari masyarakat (orangtua) sangatlah dibutuhkan pada saat ini. Perlu disadari bahwa oleh sebagian masyarakat menganggap bahwa organisasi pramuka bukanlah organisasi yang perlu diikuti. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti contohnya pertama, kurangnya sosialisi Gerakan Pramuka dengan masyarakat tentang apa itu Gerakan Pramuka, kedua memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana organisasi pramuka dijalankan dan jenjang apa saja yang harus dilewati oleh siswa didik, ketiga apa yang telah pramuka lakukan untuk masyarakat. Dengan adanya hal-hal tersebut sekiranya memberikan input bagi seluruh lapisan masyarakat tentang apa dan bagaimana organisasi pramuka dijalankan. Bukti-bukti yang ada adalah pramuka hanya dikenal dengan kostumnya, berkemah, dan bernyanyi. Namun tidak pada memperkenalkan Gerakan Pramuka pada bentuk bhakti apa yang telah disumbangkan oleh Pramuka untuk masyarakat.
Seperti halnya yang tertuang dalam Fungsi Gerakan Pramuka yang terdiri dari tiga komponen yakni:
a.       Merupakan bagian yang menarik yang mengandung pendidikan, bagi anak, remaja, dan pemuda;
b.      Merupakan suatu pengabdian (job) bagi para anggota dewasa yang merupakan tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian;
c.       Merupakan alat (means) bagi masyarakat, negara, atau organisasi atau negara untuk mencapai tujuannya, (Bob Sunardi, 2011: 4).

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa besarnya fungsi dan manfaat Gerakan Pramuka bagi masyarakat. Perlu sekiranya kemitraan tersebut dijalin kembali dengan masyarakat misalnya dengan melakukan sosialisasi, bakti terhadap masyarakat. Karena dengan hal tersebutlah Gerakan Pramuka dipahami oleh masyarakat tentang apa dan bagaiamana organisasi ini dijalankan.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Untuk perkembangan Gerakan Pramuka pada umumnya dan Gugusdepan pada khususnya hendaknya dapat mempertimbangkan beberapa aspek yang dapat menunjang kemajuan yang tertuang dalam Revitalisasi Gerakan Pramuka. Salahsatu yang menjadi target revitalisasi adalah membuat Pramuka menjadi lebih berkualitas, sehingga menarik minat dan menjadi pilihan utama kaum muda
Adapun untuk menunjang hal tersebut sekiranya dapat menepis, pertama bentuk intervensi politik dalam kepramukaan karena hal tersebut sangat berpengaruh buruk bagi perkembangan gerakan Pramuka karena perlu disadari bahwa pramuka merupakan organisasi independen. Kedua, kepramukaan  harus tetap dapat memandang secara fleksibel bahwa perkembangan zaman perlu dijadikan acuan bagi perkembangannya, karena perkembangan zaman menciptakan hal-hal yang baru dan menarik, dan tentunya dari hal-hal tersebut yang dapat menambah minat bagi peserta didik untuk tetap aktif. Dengan mencermati hal tersebut sekiranya menghindari anggapan bahwa organisasi pramuka adalah organisasi yang membosankan dan kuno. Ketiga, inovasi dan daya dukung fasilitas. Adapun hal yang dilakukan adalah dengan meningkatkan bentuk wahana dan media kegiatan kepramukaan yang menarik, penyediaan modul-modul kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak muda masa kini. Menata dan mengoptimalkan penggunaan aset, fasilitas, sarana, dan prasarana yang dimiliki oleh Gerakan Pramuka perlu dilakukan. Keempat, melibatkan orangtua murid, komunitas, masyarakat luas, tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan Pramuka, terutama di Gugus Depan maupun di setiap jenjang kwartir sebagai bentuk kerjasama antara masyarakat dengan Gerakan Pramuka.
B.     SARAN
Untuk mengembalikan kondisi tersebut sekiranya ada bentuk kerjasama yang baik pada tingkat Kwartir, masyarakat, maupun pihak lembaga pendidikan untuk kemajuan sesuatu yang telah dihajatkan. Untuk sebuah perubahan memang membutuhkan waktu, namun tanpa adanya kebersamaan dan dukungan dari semua pihak hal tersebut tidak dapat diwujudkan sesuai yang diharapkan.
Selain kebersamaan yang harus ditumbuhkan, hal-hal yang tertuang pada pembahasan di atas pula mulai ditata dan dijalankan. Karena hal tersebut merupakan bagian-bagian dari beberapa masalah yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam perkembangan Gerakan Pramuka dan Gugusdepan.



DAFTAR RUJUKAN

Bob Sunardi, Andri. 2011. Boyman Ragam Latihan Pramuka. Bandung: Nuansa Muda.
Hamzah B. Uno, Haji. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tirtarahadja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.