MAKALAH
“UPAYA MENINGKATKAN KEMAJUAN GUGUS
DEPAN”
Oleh :
Abdul Kahir
KWARTIR CABANG DOMPU
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaium Waramatullahi Wabarakatuh.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT,
atas limpahan rahmat serta hidayahnya sehingga pembuatan tugas makalah ini
dapat diselesaikan walaupun masih terdapat kekurangan dan hambatan dalam
pembuatan makalah ini.
Salawat serta salam tidak lupa
saya khaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah banyak
mengajarkan kepada seluruh umatnya, bahwa sesungguhnya ilmu dan pengetahuan
adalah sarana bagi kita semua dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pada penggarapan makalah ini diharapkan dapat memberikan pemahaman, pendalaman ilmu,
penambahan wawasan baru untuk kita semua dalam kehidupan kita selanjutnya.
Sehingga dapat bermanfaat bagi khalifah umat dimuka bumi ini.
Akhir kata semoga makalah ini
memberikan manfaat dan berguna bagi kita semua dan sehingga dapat digunakan
sebagaimana mestinya dalam kehidupan.
Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Dompu, 30 November 2012
Penyusun,
Abdul Kahir
DAFTAR ISI
A. KATA PENGANTAR........................................................................................
B. DAFTAR ISI.......................................................................................................
C. BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
a.
Latar Belakang...............................................................................................
b.
Rumusan Masalah..........................................................................................
c.
Tujuan............................................................................................................
d.
Manfaat..........................................................................................................
D. BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
a.
Hambatan Kemajuan Gugusdepan dan Solusinya.........................................
1. Pramuka
Kurang Fleksibel dengan Perkembangan Zaman......................
2. Adanya
Intervensi Politik Dalam Lingkup Gugusdepan.........................
3. Kurangnya
Inovasi, dan Daya Dukung Fasilitas Kegiatan......................
4. Kurang
Adanya Peran Serta Gerakan Pramuka dengan Masyarakat.......
E. BAB III PENUTUP............................................................................................
a.
Kesimpulan....................................................................................................
b.
Saran .............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Permasalahan
utama yang dihadapi oleh pendidikan kepramukaan saat ini adalah kekhawatiran
semakin melunturnya jati diri Gerakan Pramuka. Semakin melunturnya jati diri
Gerakan Pramuka disebabkan oleh tererosinya pelaksanaan prinsip dasar metodik
pendidikan kepramukaan. Hal ini berakibat bahwa proses pendidikan kepramukaan
semakin kehilangan warna aslinya, sehingga kualitas proses dan hasil
pendidikannya kurang memuaskan. Akibatnya terjadi intervensi pengelola lembaga
pendidikan formal (sekolah) yang kurang memahami karakter proses pendidikan kepramukaan
ke dalam Gerakan Pramuka. Bagi pengelola jajaran Gerakan Pramuka (Kwartir)
campur tangan pengelola lembaga pendidikan formal tersebut memang tidak
selamanya negatif, namun yang paling merasakan adalah para peserta didiknya.
Seringkali peran Pembina Pramuka dirangkap oleh guru pada sekolah yang
bersangkutan, hal ini sebenarnya agak merepotkan peserta didik dalam
berinteraksi dengan Pembinanya (yang juga gurunya) yang di dalam proses
pendidikan kepramukaan berhubungan sebagai kakak dan adik.
Keadaan
yang paling mengkhawatirkan adalah kesalahan penerapan metodik pendidikan kepramukaan
oleh para Pembina. Tidak jarang dijumpai bahwa para Pembina menerapkan metode
latihan dan pembelajaran yang berlaku di dalam pendidikan formal pada proses
pendidikan kepramukaan. Misalnya dengan penggunaan metode klasikal/massal dan
terlampau dominasinya penggunaan metode ceramah dalam latihan kepramukaan.
Keadaan tersebut menyebabkan bosannya peserta didik terhadap latihan kepramukaan.
Padahal pendidikan kepramukaan adalah permainan gembira di alam terbuka. Namun
hal tersebut jangan diartikan sempit dengan cukup menerapkan sebuah latihan di
lapangan terbuka serta mengajak adik-adik tepuk-tepuk dan bernyanyi.
Maka
apabila kita hendak meningkatkan jati diri Gerakan Pramuka maka hendaklah berpandangan
usaha pendidikan kepramukaan tidak hanya bersandar pada isi/materi yang
diberikan namun yang paling penting adalah metodenya (prinsip dasar metodik
pendidikan kepramukaan). Karena perbedaan pendidikan kepramukaan dengan bentuk
pendidikan lainnya terletak pada metode dan pendekatan yang digunakan dalam
mengisi jiwa anak. Sebagai sebuah metode dan pendekatan pendidikan, prinsip
dasar metodik pendidikan kepramukaan memberikan arahan, rambu-rambu bagi para Pembina
dalam mendidik peserta didiknya dan memberikan inspirasi bagi bentuk seluruh
program kegiatan kepramukaan.
Masalah
lain yang dihadapi Gerakan Pramuka saat ini adalah rendahnya kualitas dan
kuantitas Pembina Pramuka. Sudah amat jarang terjadi munculnya Pembina
baru dari para peserta didik yang memiliki pengalaman ketika menjadi Siaga,
Penggalang, Penegak dan Pandega. Banyak Pembina yang muncul karena jabatannya
sebagai guru, misalnya guru olah raga, guru bimbingan, yang notabene kurang
memiliki pengalaman yang cukup sebagai anggota Gerakan Pramuka sebelumnya.
Kurangnya pengalaman mereka sebagai peserta didik sudah barang tentu berakibat
pada lemahnya pemahaman mereka terhadap konsep dasar pendidikan kepramukaan.
Di Kwartir
Cabang Dompu saat mengalami kekurangan jumlah Pembina, hal tersebut dapat
diketahui dari jumlah pembina berbanding peserta didik 1 : 40 orang. Angka
tersebut masih jauh dari ketentuan ideal
antara jumlah pembina dengan siswa didik sebesar 1 Pembina untuk 10 orang
peserta didik. Keadaan tersebut masih ditambah dengan adanya kenyataan seorang Pembina
merangkap membina pada beberapa sekolah atau Gugusdepan. Hal tersebut sudah
barang tentu akan menghambat usaha peningkatan kualitas proses pendidikan kepramukaan
di Gugusdepan, karena kurangnya intensitas pembinaan yang dilakukan Pembina
pada peserta didiknya.
B.
Rumusan Masalah
Dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang
mengakibatkan terhambatnya kemajuan pada Gugusdepan seperti :
a. Hal apa saja yang menyebabkan terhambatnya kemajuan
Gugusdepan ?
b. Bagaimanakah upaya untuk meningkatkan kemajuan
Gugusdepan ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari permasalahan yang muncul di atas
diharapkan memperoleh cara pemecahan dari masalah tersebut seperti :
a.
Agar dapat
mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan terhambatnya kemajuan Gugusdepan.
b.
Untuk memahami cara
meningkatkan kemajuan Gugusdepan.
D.
Manfaat
Dari hasil identifikasi masalah yang dilakukan
diharapkan dapat memberikan dampak-dampak positif seperti :
a.
Kwartir Daerah
dan Kwartir Cabang, dapat meningkatkan kemajuan bagi Gerakan Pramuka atas
hambatan-hambatan yang terjadi dengan menciptakan konsep dan strategi pengembangan
Gerkan Pramuka kedepannya.
b.
Gugusdepan dapat
meningkatkan kemajuannya baik secara konseptual maupun kontekstual.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hambatan
Kemajuan Gugusdepan dan Solusinya.
Hambatan-hambatan
pada kemajuan Gerakan Pramuka pada Gugusdepan dapat dirasakan dan diamati
langsung secara kasat mata dari berbagai sisi pada pola pengembangan baik
secara konseptual maupun kontekstual. Hal-hal tersebut dapat diidentifikasikan
dari berbagai hal seperti:
a.
Pramuka
Kurang Fleksibel dengan Perkembangan Zaman.
Gerakan Pramuka saat ini kurang
diminati oleh kaum muda bukanlah rahasia lagi, tak banyak siswa-siswi memilih Pramuka
sebagai ekstrakurikulernya. Bagi mereka, Pramuka adalah organisasi kuno. Kalau
pun siswa-siswi ini memakai seragam Pramuka, itu lebih kepada kewajiban dan
tata tertib yang telah ditentukan oleh pihak lembaga pendidikan. Selain itu
juga bentuk kegiatan yang dikemas masih berpegangteguh pada konsep lama dan
perlu disadari bahwa konsep-konsep tersebut sudah tidak bersahaja untuk saat
sekarang, bila dibandingkan dengan perkembangan zaman saat ini.
Fakta-fakta yang membuktikan bahwa
pramuka di Kwartir Daerah NTB masih terbilang kuno terbukti pada bentuk-bentuk
kegiatan lama yang sajikan sekarang ini, jika dibandingkan kegiatan-kegiatan
edukasi yang berkembang saat ini mengalami perubahan dan berinovasi guna
mengikuti perkembangan zaman. Dengan adanya hal tersebut bukan berarti konsep
lama ditinggalkan, namun melainkan ada semacam upaya kolaborasi antara konsep
lama dengan konsep baru sehingga memunculkan anggapan kuno dan tingkat
kejenuhan pada peserta didik. Tentunya untuk kemajuan tersebut hendaknya mengamati
perkembangan-perkembangan pada masa sekarang.
Selain permasalahan diatas dapat
pula diidentifikasi dari saran prasarana penunjang kegiatan Kepramukaan masih
terkesan primitif dengan tidak memahami konsep pendidikan kepramukaan yang
menarik dan menyenangkan. Tentunya untuk memunculkan hal-hal tersebut bermuara
pada konsep kegiatan yang menarik, fasilitas, sarana dan prasarana penunjang
kegiatan kepramukaan.
b.
Adanya
Intervensi Politik Dalam Lingkup Gugusdepan.
Dengan adanya intervensi politik dalam lingkup Gerakan Pramuka akan
sangat mengganggu perkembangan dari organisasi ini. Pada dasarnya Gerakan
Pramuka merupakan organisasi bersifat edukasi yang bertujuan untuk membina
fisik, mental, kognitif, afektif, dan psikomotorik dari pada siswa didik.
Selain itu juga organisasi Pramuka memiliki jenjang yang jelas dalam
pengembangan siswa didiknya. Adapun untuk menjalankan hal tersebut dibutuhkan
pembina yang telah mengikuti pelatihan pembina Pramuka. Namun ironisnya yang
terjadi pada wilayah NTB pada umumnya dan Kabupaten Dompu khususnya, bahwa
pemberian kewenangan Mabigus terhadap guru yang akan menjadi Pembina tidak
relevan dengan kemampuan yang dimiliki oleh Pembina tersebut. Itu dibuktikan
pada Guru yang memiliki sertifikat sebagai Pembina terabaikan dan justru yang
tidak memahami tentang hal tersebut yang diberikan kewenangan untuk
menjalankannya.
Seperti yang dikemukakan oleh Langeveld (dalam Tirtarahardja, 2005: 36)
bahwa “kekurangpahaman pendidik terhadap tujuan pendidikan dapat memngakibatkan
kesalahan dalam melaksanakan pendidikan”.
Berkaitan hal di atas, bahwa adanya otonomi daerah membawa dampak negatif
bagi perkembangan Pramuka di Gugusdepan pembuktikannya bahwa jabatan individu
disetiap lembaga merupakan jabatan politik yang tentunya akan berimbas pada kesalahan
pemberian kewenangan terhadap individu yang tidak faham terhadap fungsi dan
tugasnya dengan mengedepankan unsur kedekatan emosional individu dan
mengabaikan kapasitas kemampuan dan pemahaman individu lainnya atas tugas yang
harus dikerjakan, sehingga keterlambatan kemajuan yang terjadi pada Gerakan
Pramuka khususnya pada Gugusdepan masih terjadi sampai dengan sekarang ini.
Tidaklah mengherankan bahwa sangat besar pengaruh keterlambatan kemajuan
Gerakan Pramuka yang terjadi karena adanya intervensi politik pada lembaga
pendidikan. Dengan adanya hal tersebut sekiranya menjadi dasar pemikiran baik
bagi penulis maupun seluruh jajaran Kepramukaan dari tingkat Nasional, Daerah,
dan Cabang.
c.
Kurangnya
Inovasi, dan Daya Dukung Fasilitas Kegiatan
Berbicara tentang Revitalisasi Gerakan Pramuka yang telah dicanangkan
secara konseptual itu sudah sangat tepat. Namun yang menjadi permasalahan yang terjadi
di NTB pada umumnya dan di Kabupaten Dompu pada khususnya, bahwa berbicara
revitalisasi merupakan isapan jempol belaka. Hal tersebut ditandai dari tidak
adanya penerapan dari yang telah dikonsepkan. Contoh sederhana dalam konsep
tersebut adalah salahsatunya tentang teknologi, namun ironisnya apa yang dapat
dilakukan oleh setiap Kwartir Cabang untuk mengembangkan hal tersebut,
sementara tenaga pembina untuk hal tersebut belum ada dan fasilitas pendukung
untuk memperkenalkan hal tersebutpun belum dimiliki. Lalu dengan adanya hal
tersebut apa yang hendaknya dapat dilakukan oleh setiap Kwartir dengan
pentingnya teknologi bagi siswa didik seperti yang dikemukakan oleh ahli
dibawah ini :
Menurut Hamzah (2009:128), bahwa dengan teknologi
yang berkembang pesat dewasa ini, pemanfaatan komputer dalam proses
pembelajaran tidak hanya dapat digunakan secara stang alone, tetapi dapat pula dimanfaatkan dalam suatu jaringan.
Jaringan komputer (computer network)
telah memungkinkan proses belajar menjadi lebih luas, lebih interaktif, dan
lebih fleksibel. Peserta didik dapat melakukan proses belajar tanpa dibatasi
ruang dan waktu. Artinya, jika ada fasilitas jaringan, peserta didik dapat
melakukan proses belajar dimana saja dan kapan saja.
Lain halnya seperti yang dikemukakan oleh Iskandar
Alisahbana (dalam Hamzah, (2009: 100), bahwa “teknologi ialah cara melakukasesuatu
untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga
seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau mebuat lebih ampuh anggota tubuh,
pancaindra, dan otak manusia”.
Tentunya untuk dapat berinovasi dalam bentuk kegiatan yang menarik untuk
siswa didik akan terhambat karena tidak adanya fasilitas pendukung tersebut.
Sehingga untuk berinovasi selain sumberdaya yang dimiliki oleh pembina,
fasilitas pendukung juga sungguh sangat diperlukan terlebih yang berkaitan langsung
dengan ilmu dan teknologi (IT). Sehingga itu semua merupakan pembuktian bahwa
fasilitas pendukung kegiatan merupakan salahsatu komponen pendukung pada
pelaksanaan konsep Revitalisasi Gerakan Pramuka. Teknologi akan dapat
dipelajari dan dimanfaatkan ketika medianya terpenuhi.
Betapapun pentingnya sebuah telah ditegaskan oleh Briggs (dalam Hamzah,
2009: 114) bahwa, “media adalah segala bentuk fisik yang dapat menyampaikan
pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar”.
Artinya untuk mengikuti perkembangan zaman Gerakan Pramuka masih sangat
terbelakang, itu ditandai dari hal tersebut di atas. Pembinaan terhadap pembina
dan pelatih tidak hanya diarahkan pada bagaimana cara Gerakan Pramuka
dijalankan saja, namun diarahkan pada hal apa saja yang tertuang dalam konsep
Revitalisasi Gerakan Pramuka. Maka hambatan-hambatan yang muncul dalam Gerakan
Pramuka segera dapat terselesaikan.
d.
Kurang
Adanya Peran Serta Gerakan Pramuka dengan Masyarakat
Selain kurangnya minat siswa didik terhadap kepramukaan, adapun hal lain
adalah kurangnya dukungan dari masyarakat dalam hal ini adalah orang tua untuk
mendorong anaknya untuk dapat mengikuti organisasi pramuka. Berbeda halnya pada
masa Orde Lama walaupun konsep yang digunakan pada saat itu adalah konsep lama,
namun apresiasi masyarakat terhadap terhadap pramuka sangatlah tinggi jika
dibandingkan dengan pola penerapan sekarang ini.
Artinya dukungan dan dorongan dari masyarakat (orangtua) sangatlah
dibutuhkan pada saat ini. Perlu disadari bahwa oleh sebagian masyarakat
menganggap bahwa organisasi pramuka bukanlah organisasi yang perlu diikuti. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa hal seperti contohnya pertama, kurangnya sosialisi Gerakan Pramuka dengan masyarakat
tentang apa itu Gerakan Pramuka, kedua memberikan
pemahaman kepada masyarakat bagaimana organisasi pramuka dijalankan dan jenjang
apa saja yang harus dilewati oleh siswa didik, ketiga apa yang telah pramuka lakukan untuk masyarakat. Dengan
adanya hal-hal tersebut sekiranya memberikan input bagi seluruh lapisan
masyarakat tentang apa dan bagaimana organisasi pramuka dijalankan. Bukti-bukti
yang ada adalah pramuka hanya dikenal dengan kostumnya, berkemah, dan
bernyanyi. Namun tidak pada memperkenalkan Gerakan Pramuka pada bentuk bhakti
apa yang telah disumbangkan oleh Pramuka untuk masyarakat.
Seperti halnya yang tertuang dalam Fungsi Gerakan
Pramuka yang terdiri dari tiga komponen yakni:
a. Merupakan bagian yang menarik yang
mengandung pendidikan, bagi anak, remaja, dan pemuda;
b. Merupakan suatu pengabdian (job) bagi para anggota dewasa yang
merupakan tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian;
c. Merupakan alat (means) bagi masyarakat, negara, atau
organisasi atau negara untuk mencapai tujuannya, (Bob Sunardi, 2011: 4).
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa besarnya fungsi dan manfaat
Gerakan Pramuka bagi masyarakat. Perlu sekiranya kemitraan tersebut dijalin
kembali dengan masyarakat misalnya dengan melakukan sosialisasi, bakti terhadap
masyarakat. Karena dengan hal tersebutlah Gerakan Pramuka dipahami oleh
masyarakat tentang apa dan bagaiamana organisasi ini dijalankan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Untuk perkembangan Gerakan Pramuka pada umumnya dan
Gugusdepan pada khususnya hendaknya dapat mempertimbangkan beberapa aspek yang
dapat menunjang kemajuan yang tertuang dalam Revitalisasi Gerakan Pramuka. Salahsatu
yang menjadi target
revitalisasi adalah membuat Pramuka menjadi lebih berkualitas, sehingga menarik
minat dan menjadi pilihan utama kaum muda
Adapun untuk menunjang hal tersebut sekiranya dapat
menepis, pertama bentuk intervensi
politik dalam kepramukaan karena hal tersebut sangat berpengaruh buruk bagi
perkembangan gerakan Pramuka karena perlu disadari bahwa pramuka merupakan
organisasi independen. Kedua, kepramukaan harus tetap dapat memandang secara fleksibel
bahwa perkembangan zaman perlu dijadikan acuan bagi perkembangannya, karena
perkembangan zaman menciptakan hal-hal yang baru dan menarik, dan tentunya dari
hal-hal tersebut yang dapat menambah minat bagi peserta didik untuk tetap aktif.
Dengan mencermati hal tersebut sekiranya menghindari anggapan bahwa organisasi
pramuka adalah organisasi yang membosankan dan kuno. Ketiga, inovasi dan daya dukung fasilitas. Adapun hal yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan
bentuk wahana dan media kegiatan kepramukaan yang menarik, penyediaan
modul-modul kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan dan minat anak muda masa kini.
Menata dan mengoptimalkan penggunaan aset, fasilitas, sarana, dan prasarana
yang dimiliki oleh Gerakan Pramuka perlu dilakukan. Keempat, melibatkan orangtua murid, komunitas, masyarakat luas,
tokoh-tokoh masyarakat dalam kegiatan Pramuka, terutama di Gugus Depan maupun
di setiap jenjang kwartir sebagai bentuk kerjasama antara masyarakat dengan
Gerakan Pramuka.
B.
SARAN
Untuk mengembalikan kondisi tersebut sekiranya ada
bentuk kerjasama yang baik pada tingkat Kwartir, masyarakat, maupun pihak
lembaga pendidikan untuk kemajuan sesuatu yang telah dihajatkan. Untuk sebuah
perubahan memang membutuhkan waktu, namun tanpa adanya kebersamaan dan dukungan
dari semua pihak hal tersebut tidak dapat diwujudkan sesuai yang diharapkan.
Selain kebersamaan yang harus ditumbuhkan, hal-hal
yang tertuang pada pembahasan di atas pula mulai ditata dan dijalankan. Karena
hal tersebut merupakan bagian-bagian dari beberapa masalah yang menyebabkan
terjadinya hambatan dalam perkembangan Gerakan Pramuka dan Gugusdepan.
DAFTAR RUJUKAN
Bob Sunardi,
Andri. 2011. Boyman Ragam Latihan
Pramuka. Bandung: Nuansa Muda.
Hamzah B. Uno, Haji. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tirtarahadja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.